Desa Karangsari kecamatan Pulosari kabupaten Pemalang, telah mengalami perubahan yg cukup signifikan, dibandingkan dg beberapa puluh tahun yg lalu, ketika aku masih kanak-kanak. Suhu udara waktu itu teramat dingin menggigit, terutama pada waktu pagi dan malam hari, meski sekarangpun masih terasa dingin terutama untukku yg sudah terbiasa tinggal di perkotaan.
Seiring berjalannya waktu, pertambahan jumlah pendudukpun semakin nyata terlihat, hal ini diiringi dg bertambah padatnya pemukiman terutama di daerah Kerajan. Dahulu masih banyak lahan-lahan kosong antara satu rumah dg rumah yg lain, tapi sekarang kelihatan lebih berhimpit.
Sudah menjadi hukum alam bahwa semakin banyak jumlah penduduk, dan semakin padat pemukiman artinya semakin bertambah masalah. Kondisi tersebut menuntut kepiawaian pengelola masyarakat, tentu saja dalam hal ini adalah kepala desa beserta jajarannya.
Salah satu masalah yg sempat aku cermati adalah sampah. Seperti yg kita tahu, dimana-mana sampah menjadi masalah yg cukup krusial. Dan hal ini sepertinya mulai terjadi di Karangsari, terutama di daerah kerajan, meski mereka belum menyadarinya.
Sejauh pengamatan ku, penduduk yg tidak memiliki pekarangan yg lebih selain untuk rumah, mereka mengalami kesulitan untuk membuang sampah, pada akhirnya dibuanglah sampah tersebut kesungai !!!
Bahkan kadang aku melihat ada penumpukan sampah di dekat SDN III, ini menunjukan bahwa sampah mulai menjadi masalah.
Tentu warga yg membuang sampah kesungai, tidak memiliki pertimbangan bahwa, Karangsari adalah daerah hulu, bagaimana kualitas air di daerah hilir, tentang keseimbangan ekosistem, pencemaran lingkungan, bla bla bla, dll.
Ya...mungkin tidak perlu sejauh itu, yg pasti apabila tidak segera dicarikan solusi, maka suatu saat sampah akan menimbulkan masalah.
Sekedar berbagi pemikiran, membangun dua macam bak sampah di dekat sungai, mungkin bisa membantu warga, sekaligus menghindarkan mereka dari membuang sampah ke sungai.
Lantas kenapa dua? Yg pertama adalah bak sampah anorganik, yg sampahnya bisa di daur ulang oleh pemulung atau di bakar. Yg kedua adalah bak sampah organik yg langsung terhubung dg tanah. Sampah organik akan terurai dan terserap oleh tanah atau bisa di manfaatkan sebagai pupuk, untuk mempercepat proses penguraian bisa di tambah dg bakteri pengurai yg dijual di pasaran.
Pemisahan sampah anorganik dan sampah organik di mulai dari rumah, dg terlebih dahulu dilakukan sosialisai.
Sebuah program sederhana, yg sangat mudah untuk dilakukan. Dan jangan lupa bahwa, segala sesuatu akan bernilai ibadah jika kita meniatkannya seperti itu.
Tapi ini hanya sekedar ide yg boleh di: follow up, sekedar di apresiasi atau diabaikan saja. Masih terbuka kemungkinan ada ide lain yg lebih tepat dan lebih aplikatif.
Marilah kita senantiasa peduli terhadap lingkungan sebagai bentuk syukur kita kepada Allah swt.
Seiring berjalannya waktu, pertambahan jumlah pendudukpun semakin nyata terlihat, hal ini diiringi dg bertambah padatnya pemukiman terutama di daerah Kerajan. Dahulu masih banyak lahan-lahan kosong antara satu rumah dg rumah yg lain, tapi sekarang kelihatan lebih berhimpit.
Sudah menjadi hukum alam bahwa semakin banyak jumlah penduduk, dan semakin padat pemukiman artinya semakin bertambah masalah. Kondisi tersebut menuntut kepiawaian pengelola masyarakat, tentu saja dalam hal ini adalah kepala desa beserta jajarannya.
Salah satu masalah yg sempat aku cermati adalah sampah. Seperti yg kita tahu, dimana-mana sampah menjadi masalah yg cukup krusial. Dan hal ini sepertinya mulai terjadi di Karangsari, terutama di daerah kerajan, meski mereka belum menyadarinya.
Sejauh pengamatan ku, penduduk yg tidak memiliki pekarangan yg lebih selain untuk rumah, mereka mengalami kesulitan untuk membuang sampah, pada akhirnya dibuanglah sampah tersebut kesungai !!!
Bahkan kadang aku melihat ada penumpukan sampah di dekat SDN III, ini menunjukan bahwa sampah mulai menjadi masalah.
Tentu warga yg membuang sampah kesungai, tidak memiliki pertimbangan bahwa, Karangsari adalah daerah hulu, bagaimana kualitas air di daerah hilir, tentang keseimbangan ekosistem, pencemaran lingkungan, bla bla bla, dll.
Ya...mungkin tidak perlu sejauh itu, yg pasti apabila tidak segera dicarikan solusi, maka suatu saat sampah akan menimbulkan masalah.
Sekedar berbagi pemikiran, membangun dua macam bak sampah di dekat sungai, mungkin bisa membantu warga, sekaligus menghindarkan mereka dari membuang sampah ke sungai.
Lantas kenapa dua? Yg pertama adalah bak sampah anorganik, yg sampahnya bisa di daur ulang oleh pemulung atau di bakar. Yg kedua adalah bak sampah organik yg langsung terhubung dg tanah. Sampah organik akan terurai dan terserap oleh tanah atau bisa di manfaatkan sebagai pupuk, untuk mempercepat proses penguraian bisa di tambah dg bakteri pengurai yg dijual di pasaran.
Pemisahan sampah anorganik dan sampah organik di mulai dari rumah, dg terlebih dahulu dilakukan sosialisai.
Sebuah program sederhana, yg sangat mudah untuk dilakukan. Dan jangan lupa bahwa, segala sesuatu akan bernilai ibadah jika kita meniatkannya seperti itu.
Tapi ini hanya sekedar ide yg boleh di: follow up, sekedar di apresiasi atau diabaikan saja. Masih terbuka kemungkinan ada ide lain yg lebih tepat dan lebih aplikatif.
Marilah kita senantiasa peduli terhadap lingkungan sebagai bentuk syukur kita kepada Allah swt.
penumpukan sampah di sudut sungai
jembatan yg mulai dipenuhi sampah yg dibuang oleh warga sekitar, layaknya pemandangan di kota besar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar