Bersabar bukanlah hal yang mudah, apalagi seperti yang kita tahu bahwa sabar itu tidak ada batasnya, meskipun pendapat umum mengatakan hal yang sebaliknya "kesabaran itu ada batasnya".
Setiap saat, setiap waktu kita di tuntut untuk bersabar dalam segala hal.
Akan sangat menempa kesabaran, apabila kita menghadapi kondisi yg samasekali baru, yg sebelumnya kita tidak pernah mengalaminya. Apalagi kalau kondisi tersebut tidak mengenakkan buat kita, dirasa mengganggu lah, menambah kerepotan lah, menambah beban lah, dll. Maka akan di butuhkan kesabaran ekstra dalam menghadapi hal tersebut.
Aku yang sebelumnya terbiasa hidup hanya dg keluarga inti, yaitu suami, aku dan anak2, tiba-tiba kami harus menerima kehadiran ibu yg sudah tua dan sakit, untuk tinggal dan dirawat di rumah kami. Sebenarnya tidak ada keharusan karena suamikupun tidak berkata apa2 kecuali aku yg menawarkan diri. Hanya karena Allah dan atas ijin Allah lah aku rela melakukkan hal ini, sebelumnya aku tidak menyangka bahwa aku akan mau dan sanggup merawat ibu mertua, ini memang karena Allah.
Aku tahu sebagai anak, suamiku pasti ingin berbakti kepada ibunya, karena itu aku mendukungnya, mudah2an Allah meridhoi kami, dan mudah2an suatu saat kelak anakkupun akan berbakti kepada kami, di saat kami sudah tua dan renta.
Meski akulah yg menawarkan diri untuk merawat ibu, tapi tetaplah aku bukan manusia sempurna, yg selalu benar tak pernah salah. Aku harus beradaptasi dg semua kebiasaan ibu, dan ini menuntut kesabaran ekstra. Ada kebiasaan ibu yg kadang membuatku terkaget-kaget, seperti melepas pempers, yg membuat pipisnya berantakkan kemana2. Hal ini membuat kesabaranku hilang sesaat, tapi....astaghfirullah, buat apa aku marah, hanya akan membuatku berdosa dan mengurangi pahala amalku, toh kejadian seperti ini akan berulang dan berulang. Akhirnya aku putuskan untuk terbiasa dg hal ini.
Juga kebiasaan-kebiasaan lain, kalau memerlukan sesuatu ibu selalu memanggil-manggil, tidak perduli atau mungkin tidak tahu, ada hal lain yg sedang kami kerjakan, kadang hal ini membuatku sedikit kesal, tapi sudahlah, aku memang harus beradaptasi dan berlatih sabar menghadapi ibu. Bukankah dalam sebuah hadist di sebutkan bahwa "orang tua adalah sebaik-baik pintu surga"
Mudah-mudahan kami bisa mendapatkan surga itu.
Beristighfar dan beristighfar, itu yg sering aku lakukan, karena aku merasa aku bukanlah manusia sempurna, kadang aku minta maaf pada ibu, barangkali aku salah dalam memperlakukan beliau.
Seandainya kesabaran ada kelasnya, maka aku berada di kelas nol kecil dalam hal kesabaran, masih harus berlatih dan berlatih agar bisa naik kelas.
Aku yang sebelumnya terbiasa hidup hanya dg keluarga inti, yaitu suami, aku dan anak2, tiba-tiba kami harus menerima kehadiran ibu yg sudah tua dan sakit, untuk tinggal dan dirawat di rumah kami. Sebenarnya tidak ada keharusan karena suamikupun tidak berkata apa2 kecuali aku yg menawarkan diri. Hanya karena Allah dan atas ijin Allah lah aku rela melakukkan hal ini, sebelumnya aku tidak menyangka bahwa aku akan mau dan sanggup merawat ibu mertua, ini memang karena Allah.
Aku tahu sebagai anak, suamiku pasti ingin berbakti kepada ibunya, karena itu aku mendukungnya, mudah2an Allah meridhoi kami, dan mudah2an suatu saat kelak anakkupun akan berbakti kepada kami, di saat kami sudah tua dan renta.
Meski akulah yg menawarkan diri untuk merawat ibu, tapi tetaplah aku bukan manusia sempurna, yg selalu benar tak pernah salah. Aku harus beradaptasi dg semua kebiasaan ibu, dan ini menuntut kesabaran ekstra. Ada kebiasaan ibu yg kadang membuatku terkaget-kaget, seperti melepas pempers, yg membuat pipisnya berantakkan kemana2. Hal ini membuat kesabaranku hilang sesaat, tapi....astaghfirullah, buat apa aku marah, hanya akan membuatku berdosa dan mengurangi pahala amalku, toh kejadian seperti ini akan berulang dan berulang. Akhirnya aku putuskan untuk terbiasa dg hal ini.
Juga kebiasaan-kebiasaan lain, kalau memerlukan sesuatu ibu selalu memanggil-manggil, tidak perduli atau mungkin tidak tahu, ada hal lain yg sedang kami kerjakan, kadang hal ini membuatku sedikit kesal, tapi sudahlah, aku memang harus beradaptasi dan berlatih sabar menghadapi ibu. Bukankah dalam sebuah hadist di sebutkan bahwa "orang tua adalah sebaik-baik pintu surga"
Mudah-mudahan kami bisa mendapatkan surga itu.
Beristighfar dan beristighfar, itu yg sering aku lakukan, karena aku merasa aku bukanlah manusia sempurna, kadang aku minta maaf pada ibu, barangkali aku salah dalam memperlakukan beliau.
Seandainya kesabaran ada kelasnya, maka aku berada di kelas nol kecil dalam hal kesabaran, masih harus berlatih dan berlatih agar bisa naik kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar