Selasa, 18 Februari 2014

Pemalang Tercinta

Menghirup udara pagi kota Pemalang, rasanya sangat menyegarkan. Cuaca yang mendung waktu itu, membuat udara terasa sejuk meski sebenarnya Pemalang adalah kota yang cukup panas, mengingat letaknya yang tidak jauh dari pantai.

Entah sudah berapa lama aku tidak singgah di kota ini. Hal ini membuatku  merasa sangat kangen. Kangen suasananya, kangen keramaiannya yang tidak terlalu ramai, kangen kulinernya, kangen alun-alun, kangen SMANSA, dan kangen kangen yang lain. 

Dulu, selama tiga tahun aku tinggal di kota ini, untuk menimba ilmu dibangku SMA. Hal ini membuatku merasa  sangat akrab. Aku hafal tempat-tempat "penting" seperti Sirandu, dulu adalah sebuah terminal, gedung olahraga Kridanggo, pasar pagi, pecinan, RSUD, perumahan BTN, SMAN 1 yang merupakan almamaterku, Swalayan yang dulu merupakan satu satunya tempat belanja yang   barang belanjaannya boleh mengambil sendiri, Widuri, obyek wisata pantai andalan kota Pemalang, dan lain-lain.

Sebagian tempat-tempat tersebut letaknya masih sama seperti dulu, namun ada satu dua yang sudah dipindahkan.

Selain kangen dengan suasananya, aku juga sangat ingin kembali mencicipi kuliner khas kota Pemalang. Di pagi hari yang sejuk, bersama Iqlima anakku, aku menyempatkan  diri pergi ke alun-alun. Untuk menikmati sarapan sego megono yang di jual di tempat tersebut.

Beruntung seorang sahabat fb memberitahuku bahwa sego megono yang dijual di depan Masjid Agung yang letaknya di samping alun-alun, rasanya lumayan enak. Berdasarkan informasi tersebut, aku langsung meluncur ke TKP.

Menurut Iqlima sego megononya enak, tapi menurutku rasanya biasa saja. Meski ibu anak, tapi selera bisa saja berbeda. Dulu, sego megono yang aku nikmati seringnya hasil olahan ibu kos yang terkenal pandai memasak, sehingga rasanya sangat enak. Aku berharap sarapan sego megono kali ini, rasanya juga seenak itu. Tapi ternyata tidak, maklumlah beda orang, pasti juga beda cara membuatnya.

Selain sego megono, ada lagi santapan lezat kota Pemalang yang lain yaitu soto grombyang. Makanan ini lebih terkenal dari sego megono. Menurutku, soto grombyang yang rasanya paling enak adalah yang dijual di Sirandu.

Tapi sayang, aku tidak sempat menikmati lezatnya soto grombyang. Kedatanganku ke Pemalang bukanlah untuk berwisata, tapi untuk menjenguk Bapak yang sedang sakit dan dirawat di rumah sakit. Jadi rasanya tidak etis kalau aku jalan-jalan berkeliling kota Pemalang, sementara Bapak sedang terbaring di rumah sakit. Mudah-mudahan  lain waktu aku bisa menikmati panasnya soto grombyang yang lezat, khas kota Pemalang.

Ramainya kota Pemalang yang tidak terlalu ramai, cukup enak untuk dinikmati. Di sini hampir tidak dijumpai kemacetan. Sangat berbeda dengan daerah tempat tinggal kami. Meski hanya kota kecamatan, tapi kemacetan hampir selalu ada disetiap titik. Pemalang adalah kota kabupaten, tapi sejauh mata memandang, lalu lintas hanya terlihat ramai lancar.

Pemandangan unik lainnya adalah, banyaknya pelajar yang mengendarai sepeda menuju tempat belajarnya. Bagi Iqlima ini sangat mengesankan. Bahkan Ia tidak mau naik angkot sepulang dari alun-alun, hanya agar bisa puas memandangi  para pelajar bersepeda tersebut. Bahkan Iqlima sempat berucap, kalau  ia ingin bersekolah di Pemalang.

Sayang aku tidak bisa berlama lama singgah di kota kecil ini. Selain karena Bapak yang sudah kembali pulih kesehatannya dan berniat  untuk pulang, juga karena Senin esoknya Iqlima sudah harus bersekolah.

Mudah-mudahan pada kesempatan lain aku bisa singgah kembali di kota Pemalang,  untuk menuntaskan rasa kangenku.

Minggu, 16 Februari 2014

Tinggal Berapa Lagi Masaku?

Waktu begitu cepat berlalu. Hari demi hari, bulan berganti tahun, terasa amat singkat dan cepat. Akhirnya aku kembali sampai di angka ini. Angka yang penuh makna, angka yang istimewa 1702. 

Tiga puluh sembilan kali sudah aku mendapati angka ini. Namun, dibilangan keberapakah aku merenunginya dengan khusuk, ataukah hanya sekedar bersenang-senang dalam perayaan? Bahagia atas perhatian suami, anak dan orang terdekat?

Sabtu, 15 Februari 2014

Memulai Lagi

Dua bulan lebih blog ini tidak dirawat oleh pemiliknya. Jangankan mengisinya dengan tulisan, sekedar membukanya saja tidak. Kesibukan di dunia nyata, membuatku sejenak melupakan dunia maya.

Nggak lupa lupa amat sih, keinginan untuk menulis masih sangat besar. Bahkan ada harapan yang sangat ingin aku wujudkan, yaitu membuat buku. Bertemu dengan Mbak Irhayati Harun yang ternyata adalah kenalan lama yang tinggalnya di desa sebelah yang sudah menerbitkan tiga buah buku (kalau nggak salah), memantik semangatku untuk bisa seperti beliau. Terimakasih Mbak Irhayati Harun, sudah menularkan semangat menulisnya :) Bahkan Mbak Irha sempat menganjurkan agar aku menulis sebuah buku tentang kesehatan tapi karena belum yakin, aku hanya tersenyum saja menanggapi anjurannya.