Hari ke delapan. Masya Allah...ASI ku belum juga keluar, hanya prentul-prentul sedikit yang sepertinya tidak membuat kenyang. Bayiku menangis, tak nyenyak tidur, meski aku sudah menggendongnya. Tidak malam, apalagi siang, aku lebih banyak menggendong bayiku sambil berjalan kesana kemari untuk meredakan tangisnya. Meski sebenarnya aku sendiri sedang "menderita". Luka jahitku inveksi, rasanya sakit sekali ketika duduk. Kurang perawatan mungkin, maklum, kelahiran anak pertama, jadi belum banyak pengalaman.
Deritaku semakin terasa jika bayiku menangis kehausan. Tak mungkin rasanya membiarkannya terus menangis. Dengan berat hati, kuputuskan untuk memberinya susu formula, meski ASI tetap aku berikan.
Kala menyusui, tidak hanya bayiku yang menangis, tapi aku juga. Tidak menyangka lidah bayi begitu "tajamnya" sampai puting susuku pecah-pecah. Sakitnya bukan kepalang ketika dihisap, terasa dari ujung kaki sampai tengkuk. Sedangkan bayiku menangis karena sedikitnya ASI yang keluar. Masya Allah, "nikmatnya" menjadi seorang ibu.