Selasa, 13 November 2012

Obyek Wisata GUCI


Dari blog tetangga yaitu info-lomba.com, aku mendapat informasi tentang lomba pembuatan logo obyek wisata Guci yang terletak di kabupaten Tegal. Lomba dengan hadiah cukup menarik tersebut, diselenggarakan oleh disbudpar kabupaten Tegal dalam rangka visit Jawa Tengah 2013. Sayang aku tidak memiliki keahlian membuat logo, baik dua dimensi apalagi tiga, jadi...tidak ada niat untuk mengikuti lomba ini.
 
Obyek wisata Guci adalah salah satu obyek wisata favorit kami, ketika kami sedang berada di kampung halaman. Meski kampung halaman kami berada di daerah Pemalang, sedangkan Guci di daerah Tegal, namun jaraknya cukup dekat dengan desa kami Karangsari, yang terletak di Pemalang bagian selatan. Karena obyek wisata Guci juga terletak di Tegal bagian selatan.
 
Hanya membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit, maka sampailah di obyek wisata tersebut. Obyek wisata Guci adalah obyek wisata pemandian air panas, yang air panasnya bersumber langsung dari mata air dari pegunungan yang berada di atasnya.
 
Air panas di obyek wisata ini, banyak mengandung belerang sehingga di percaya mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit. Selain itu, suhu panasnya juga bisa menghilangkan pegal-pegal akibat kecapaian.
 
Aku sangat menikmati berendam di air panas  obyek wisata tersebut. Selain karena anak-anakku hobi berenang, udara di desa kami Karangsari, sangatlah dingin. Dengan berendam di air panas, rasanya seperti memakai selimut yang hangat dan tebal.

 
Masuk ke obyek wisata Guci tidaklah mahal, kami hanya dikenai tiket seharga Rp.5000,- perkepala (kalau nggak salah), yang jelas masih di bawah Rp.10.000,-. Tiket tersebut dibayar kepada para petugas yang berada di pintu gerbang. Selanjutnya kita bisa berkeliling mengitari obyek wisata Guci yang daerahnya berbukit-bukit.

 
Kita bisa melihat pemandangan air terjun yang sangat indah dan panas airnya. Di sekitar air terjun tersebut ada beberapa pemandian air panas, yang kalau mandi di situ kita tidak dipungut biaya apapun alias gratis. Tapi karena gratis, fasilitasnyapun sangat minim, dan menurutku kurang layak.
 
Di pemandian gratis ini, biasanya sangatlah ramai pengunjung terutama jika hari libur atau lebaran. Laki-laki dan perempuan bercampur bahkan terkadang berdesak-desakkan. Tidak ada kamar bilas, dan yang lebih miris lagi adalah, ruang ganti tidak tertutup, sehingga sangatlah susah jika ingin melukar baju terutama bagi para pemakai jilbab.

 
Kelebihan di pemandian gratis ini, suhu airnya lebih panas dibanding dengan pemandian yang lain, sehingga terasa lebih mantap, karena airnya langsung berasal dari sumbernya.

 
 
Selain pemandian gratis, masih banyak pemandian lain yang bentuknya lebih menyerupai kolam berenang. Fasilitas di pemandian ini sangatlah memadai. Tersedia tempat untuk meletakkan barang-barang, juga ada kamar mandi dan ruang ganti yang layak. Di tempat ini tidak terlalu ramai pengunjung, sehingga tidak perlu berdesak-desakkan. Oleh karena itu aku lebih suka berenang di pemandian ini. Untuk memasukinya hanya dikenakan tiket Rp.15.000,- per orang, masih murah lah jika dibandingkan dengan The Jungle yang Rp.50.000 per kepala.
 
Penginapan dari yang bertaraf losmen hingga hotelpun banyak bertebaran disekitar obyek wisata Guci, aku tidak tahu pasti berapa tarifnya, karena belum pernah menginap. Tempat-tempat tersebut lebih diperuntukkan bagi para wisatawan yang berasal dari luar daerah.
 
Pada libur lebaran, perjalanan ke obyek wisata ini diwarnai kemacetan yang sangat panjang, hampir menyerupai pejalanan kearah puncak Bogor. Beruntung tempat tinggal kami tidak jauh, jadi kami bisa mengantisipasinya dengan berangkat lebih pagi, sehingga tidak terkena macet. Hanya diperjalanan pulang kami menjumpai kemacetan dijalur berlawanan.

 
Keberadaan obyek wisata ini, membuat taraf kehidupan masyarakat di daerah sekitarnya meningkat. Beberapa rumah yang letaknya di pinggir jalan, banyak yang berubah fungsi menjadi losmen/penginapan. Berbagai macam makanan dan sovenir sebagai oleh-oleh bagi para wisatawan pun, dijajakan oleh para penduduk sekitar obyek wisata ini.

Namun dimana ada kelebihan, disitu ada kekurangan. Selain menjadi sumber pendapatan daerah khususnya Tegal, keberadaan obyek wisata Guci turut memicu maraknya kemaksiatan. Banyak pasangan muda mudi yang bebas bermesraan ditiap sudut obyek wisata ini.

Hotel-hotel dan penginapan yang tidak menjadikan surat nikah sebagai syarat untuk bisa menempati ruang-ruang kamarnya, memberikan celah bagi pasangan yang bukan suami istri untuk bebas melakukan apa saja di hotel atau penginapan tersebut.

Mudah-mudahan hal ini mendapat perhatian serius dari pemerintah kabupaten Tegal karena pembangunan tidak bisa disebut berhasil, jika hanya berfokus pada satu hal saja yaitu materi, sementara mengabaikan hal lain yang juga penting yaitu aspek moral spritual. Hanya dengan menyeimbangkan dua sisi yaitu materi dan spiritualitas, duniawi dan ukhrowi maka pembangunan bisa disebut berhasil dan berdayaguna.



*Gambar berasal dari sini*

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 












 
 
 
 
 

3 komentar:

  1. Pernah ke guci sama teman2 dan keluarga. Memang asyik ya.... Mandi air panasnya juga bikin nyaman sesudahnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener mbak? mbak asli mana? memang enak berendem air panas :)

      Hapus
  2. wah..ditegal ada tempat pemandian panas toh mba..Tiap kali mudik ke solo, aku selalu singgah di tegal, cuma utk berhenti di toiletnya yg masuk muri itu loh :D.. Pokoknya tmpt istirahat kita di sana deh.. trs lnjut lg jalan k solo.. jd aku g prnh tau wisata di tegal -_-..

    BalasHapus