Lagu terkadang membawa kenangan tersendiri bagi seseorang, entah itu kenangan yang indah, menyenangkan, menyedihkan, atau kenangan yang lucu. Pun juga denganku yang mempunyai kenangan tidak menyenangkan dengan lagu dangdut lama.
Aku dilahirkan sebagai anak tunggal, tidak berkakak adik. Di rumah aku hanya bersama ibu yang lebih sering sibuk dengan segala tetekbengek pekerjaan rumah, sementara bapak bekerja. Jarang sekali ibu mengajakku ngobrol, mengajari mengerjakan PR atau bermain-main denganku. Yah, aku maklum, karena hanya sebatas itulah pengetahuan dan kemampuan beliau yang hanya seorang wanita sederhana. Beliau tidak paham apa itu parenting skill. Keseharianku hanya ditemani sebuah boneka yang tingginya hampir menyamai tinggi badanku waktu itu, yang dibelikan oleh bapak.
Aku senang memiliki boneka yang tidak aku beri nama itu, bermain dengannya, memeluk dan menggendongnya meski akhirnya aku kecewa karena ia tidak bisa aku ajak bicara, sehingga akupun bosan dan kembali pada rasa sepiku.
Terkadang aku merasa iri dengan teman-temanku yang memiliki kakak atau adik, sepertinya mereka betah berada di dalam rumah, karena selalu ada teman hingga tidak kesepian. Bermain dengan teman di luar rumah, tentu sering aku lakukan, tapi ketika aku tidak menemukan teman utuk bermain, karena mungkin mereka asyik bersama saudaranya dirumahnya masing-masing, akupun pulang dengan hati galau karena harus sendiri lagi di dalam rumah.
Disaat aku merasa sepi inilah, tanpa sengaja aku mendengarkan lagu-lagu dangdut yang biasanya berasal dari suara radio yang diputar oleh tetangga sebelah. Kejadian ini berulang dan berulang, hingga terekam dalam alam bawah sadarku.
Sejak saat itu hingga sekarang, jika aku mendengarkan lagu dangdut lama, maka selalu muncul rasa sedih, rasa sepi yang membuatku galau, ingin menangis bahkan terkadang pusing sampai tidak bisa tidur, jika aku mendengarkannya dimalam hari, meski saat itu sebenarnya aku sedang bahagia.
Sepertinya aku trauma dengan lagu-lagu tersebut, kenangan masa kecilku yang sering kesepian, menyatu dalam lagu-lagu itu. Ternyata menjadi anak tunggal tidak selamanya menyenangkan.
Setelah menikah aku bertekad ingin memiliki anak lebih dari satu, agar anakku tidak merasa kesepian sepertiku. Bersyukur pada Allah, saat ini aku telah memiliki tiga orang anak. Jika aku perhatikan, sepertinya mereka merasa nyaman berada di dalam rumah dan tidak terlihat uring-uringan ketika tidak mendapatkan teman bermain di luar.
Ketika harus berada di dalam rumah, anak-anakku terlihat tetap asyik bermain bersama, meski tak jarang mereka saling berseteru. Sebuah kebahagiaan yang tidak aku dapatkan dimasa kecilku.
Terkadang aku merasa iri dengan teman-temanku yang memiliki kakak atau adik, sepertinya mereka betah berada di dalam rumah, karena selalu ada teman hingga tidak kesepian. Bermain dengan teman di luar rumah, tentu sering aku lakukan, tapi ketika aku tidak menemukan teman utuk bermain, karena mungkin mereka asyik bersama saudaranya dirumahnya masing-masing, akupun pulang dengan hati galau karena harus sendiri lagi di dalam rumah.
Disaat aku merasa sepi inilah, tanpa sengaja aku mendengarkan lagu-lagu dangdut yang biasanya berasal dari suara radio yang diputar oleh tetangga sebelah. Kejadian ini berulang dan berulang, hingga terekam dalam alam bawah sadarku.
Sejak saat itu hingga sekarang, jika aku mendengarkan lagu dangdut lama, maka selalu muncul rasa sedih, rasa sepi yang membuatku galau, ingin menangis bahkan terkadang pusing sampai tidak bisa tidur, jika aku mendengarkannya dimalam hari, meski saat itu sebenarnya aku sedang bahagia.
Sepertinya aku trauma dengan lagu-lagu tersebut, kenangan masa kecilku yang sering kesepian, menyatu dalam lagu-lagu itu. Ternyata menjadi anak tunggal tidak selamanya menyenangkan.
Setelah menikah aku bertekad ingin memiliki anak lebih dari satu, agar anakku tidak merasa kesepian sepertiku. Bersyukur pada Allah, saat ini aku telah memiliki tiga orang anak. Jika aku perhatikan, sepertinya mereka merasa nyaman berada di dalam rumah dan tidak terlihat uring-uringan ketika tidak mendapatkan teman bermain di luar.
Ketika harus berada di dalam rumah, anak-anakku terlihat tetap asyik bermain bersama, meski tak jarang mereka saling berseteru. Sebuah kebahagiaan yang tidak aku dapatkan dimasa kecilku.
Wah, baru tahu kalau Mbak Sri anak tunggal
BalasHapusRumahnya dekat masjid Karangsari Krajan gak, Mbak?
Dulu Ana menganggap Karangsari Krajan itu sebuah kota yang orangnya sombong2 :D hehehe
Maklum, pemikiran anak kecil
Ngomong2, lagu dangdutnya apa yah, Mbak?
@ Anazkia : ya deket masjid kira2 30 meteran, lagu dangdutnya apa ya, sy juga ga tahu An, kl denger nadanya sih, inget sedih2nya :)
BalasHapusjadi anak tunggal ya?
BalasHapussaya dua bersaudara, tapi masih merasa kurang saudara lho.
kalo menurut saya sih, lagu dangdut lama itu enak didengar, ga kaya dangdut sekarang yang kebanyakan goyang dan liriknya kemana-mana.
@catatan-cinta-bunda : waktu itu sy msh kecil jd ga thu lagunya enak atau ga. mksah kunjungannya salam kenal :)
BalasHapus