mulai lepas sepatu
Tahun ini usia Yumna sudah menginjak tahun ke empat. Tepatnya, 4 tahun 2 bulan di bulan Juli kemarin. Bulan Juli yang merupakan tahun ajaran baru, aku mendaftarkan Yumna di sebuah TK yang letaknya bersebelahan dengan rumah kami. TK Nurul Ilmi, nama TK tersebut.
Aku sengaja menyekolahkan Yumna di TK terdekat, karena menurutku lebih praktis, juga untuk mengantisipasi berbagai macam kemungkinan. Aku khawatir ketika sekolah, Yumna minta ditunggui. Jadi, jika jarak sekolahnya dekat dengan rumah, aku tidak terlalu repot.
Sebenarnya Yumna sudah minta sekolah sejak usia 3 tahun, tapi aku enggan. Lagipula kalau terlalu lama di TK, khawatir Yumna bosan.
mulai lepas kerudung
Meski Yumna sudah sangat ingin bersekolah, dan letak sekolahnya pun sangat dekat dengan rumah, tapi Yumna masih belum berani. Dari jam masuk sampai pulang, aku harus selalu ada di sampingnya. Kekhawatiranku terbukti.
Hampir sama dengan Helmi, kakaknya, Yumna terlihat takut bertemu dengan orang-orang baru. Biar bagaimanapun, Helmi sama Yumna memang tinggal di lingkungan yang sama, rumah yang sama. Kami yang tinggal di jalan utama perumahan, memang jarang bergaul dengan tetangga. Anak-anak pun jarang main keluar rumah, disini relatif sepi. Hanya kendaraan yang ramai berlalu lalang.
Namun, ada hal yang membuatku tidak terlalu khawatir. Kepribadian Yumna berbeda dengan Helmi. Helmi waktu kecil lebih cenderung tertutup dan pendiam, dia seolah asyik dengan kesendiriannya (alhamdulillah setelah terapi sampai sekarang, dia berubah menjadi periang dan mudah bergaul). Sedangkan Yumna lebih ceria dan suka berteman. Kalaupun saat ini Yumna terlihat penakut, aku yakin insyaAllah dalam beberapa bulan, ia akan berani bersekolah sendiri. Saat ini mungkin masih masa adaptasi.
Meski masih malu-malu, di sekolah Yumna terlihat senang bahkan tidak mau pulang ketika jam sekolah sudah usai. Ia ingin terus bermain dengan teman-temannya, juga bermain aneka mainan edukatif yang ada di TK. Aku turuti dulu apa mau Yumna biar ia senang. Mudah-mudahan dengan ini perlahan-lahan rasa takut Yumna akan hilang.
Hari-hari pertama sekolah, Yumna masih belum mau menerima tugas dari Bu Rohmi. Ia juga tidak mau berbaris, senam, berdo'a, dll aktifitas formal sebelum masuk kelas. Yumna masih semaunya sendiri.
Tapi hari-hari berikutnya Yumna mulai bisa mengikuti ajakan Bu rohmi dengan catatan aku juga ikutan dan selalu berada di sampingnya. Alhasil, aku jadi seperti murid TK. Ikut senam, berbaris, bermain membentuk lingkaran, berdo'a, dll. Tak apalah, Yumna memang memerlukan teman untuk menghadapi rasa takutnya. Siapa lagi kalau bukan aku, umminya.
Saat ini dan mungkin beberapa bulan kedepan, setiap hari aku harus meluangkan waktu 2-3 jam, khusus untuk menemani Yumna sekolah. Aku tidak mau "kecolongan" sehingga apa yang pernah dialami Helmi terulang kembali pada Yumna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar