Minggu, 23 September 2012

Kucing Hitam yang Malang

Di rumah kami ada tiga ekor kucing yg setiap hari berlangganan melintas. Yang pertama kucing putih belang abu-abu, yg ke-2 kucing putih belang hitam dan yg ke-3 kucing hitam  legam bersorot mata tajam.
 
Kucing-kucing tersebut bukan hewan peliharaan kami, mereka hanya sekedar melintas untuk kemudian duduk di tangga sambil mencari sisa-sisa makanan dari tempat sampah yg aku letakkan di anak tangga sebelum di masukkan ke tempat sampah besar yg ada di teras rumah.
 
Hampir setiap hari mereka melakukan kebiasaan itu, masuk ke dalam rumah, duduk ditangga sambil mencari makanan, kemudian pergi, begitu seterusnya tanpa ada rasa keberatan dari kami.
 
Mereka kucing yg "baik" meski kadang membuatku kesal karena suka pipis sembarangan atau mengambil makanan yg belum sempat aku taruh di lemari. Tapi.....namanya juga kucing, toh nggak akan bangkrut kalau cuma diambil ikannya sepotong.
 
Dari ketiga kucing tersebut kucing hitamlah yg terlihat paling beringas dan paling bandel. Si kecil Yumna tidak berani mendekati kucing yg satu ini, selain warnanya yg hitam legam sorot matanya pun tajam seolah siap menerkam. 
 
Namun beberapa hari yg lalu aku melihat ada yg berbeda dari Si Hitam, ia terlihat lemas tak bertenaga, bahkan ia berjalan dg terpincang-pincang tidak seperti biasanya gesit dan terkesan beringas.

Setelah aku perhatikan ternyata jari kaki kanan belakangnya memebengkak, besarnya dua kali ukuran normal. Aku memperhatikannya lagi dg lebih seksama dan ternyata ada karet gelang yg terikat di kakinya yg bengkak tersebut!

Masya Allah....siapa yg tega berbuat seperti itu? Siapa yg begitu tega mengikat kaki Si Hitam dg karet gelang hingga jari-jarinya bengkak? Masya Allah...kejam sekali....

Spontan aku mengambil gunting  lalu aku dekati Si Hitam, aku berusaha memegangnya agar bisa melepaskan karet gelang yg terikat di kakinya itu.

Namun baru saja aku menggerakkan tangan, Si Hitam langsung mengeong sambil menyeringai menunjukkan gigi-gigi taringnya seolah hendak menerkamku. Sepertinya ia tidak mau ada seorangpun yg mendekatinya.

Mungkin ia mengira bahwa aku akan menyakitinya seperti seseorang yg telah mengikatkan karet gelang di kakinya.

Sambil menahan rasa kasihan aku hanya bisa memberinya makan tanpa bisa meringankan penderitaannya. Tiap kali aku hendak mengelus punggungnya, ia selalu menunjukkan sikap yg sama yaitu mengeong sambil menyeringai.

Setelah menghabiskan makanan yg aku beri, ia pun pergi masih dg terpincang-pincang. 
Aku berfikir mengapa ada orang yg tega menyiksa binatang sampai seperti ini? Apa ia tidak punya rasa belas kasihan?

Aku teringat sebuah kisah betapa Rasulullah sangat menyayangi kucing peliharaannya, beliau memberi nama kucing kesayangannya itu dg sebuah nama yg cantik yaitu Mueeza. Hal ini menunjukkan betapa Rasulullah sangat menyayangi hewan peliharaannya itu.

Bahkan Rasulullah rela menggunting lengan bajunya yg tertindih oleh Mueeza yg sedang tertidur pulas agar tidak membuatnya terbangun, sementara beliau hendak memakai baju tersebut.

Betapa jauh berbeda nasib Mueeza dg Si Hitam, Mueeza begitu disayang oleh pemiliknya sementara Si Hitam justru disiksa oleh orang yg tidak bertanggung jawab.

Bagaimana caranya aku bisa menolongmu Hitam, karena yg terluka tidak hanya kakimu tapi juga jiwamu yg membuatmu tidak mau menerima pertolonganku.

Semenjak ia pergi sampai aku menulis kisah ini aku belum pernah melihatnya lagi.
Kemana kau pergi Hitam?
Apa lukamu sudah sembuh?
Adakah orang yg bisa menolongmu?

Apakah berlebihan jika aku menangisimu?


 
 
 
jari-jari kakinya membengkak karena ada karet gelang yg terikat di atasnya
 

  

    
 

 


2 komentar:

  1. sy geli & takut sm kucing mbak, tp selalu marah & sedih kalo liat ada kucing yang di siksa spt itu walopun itu kucing liar sekalipun.. tega bgt org yg seperti itu mbak.. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya mbak sy juga nggak habis pikir, kok ya ada orang setega itu...:(

      Hapus