Begitu gencar dan sengitnya media mempublikasi berita tentang PKS versus KPK. Media yang seringkali tidak obyektif dalam pemberitaan, seolah sengaja membesar-besarkan kasus ini demi tujuan tertentu. Apalagi kalau bukan menghancurkan nama PKS sesuai dengan perintah majikan mereka.
Meski hampir semua orang menyakini "kesucian" KPK dengan jargon yang dibawanya yaitu anti korupsi, tapi KPK bukanlah tuhan yang tidak pernah salah. Apalagi tidak bisa dipungkiri, KPK saat ini sudah menjadi kepanjangan tangan penguasa. Tindakkannya tidak lagi obyektif bahkan diskriminatif.
Seorang koruptor yang telah lama menjadi tersangka karena merugikan negara trilyunan rupiah, masih bebas berkeliaran. Sementara LHI dalam hitungan jam setelah ditetapkan sebagai tersangka, langsung diseret oleh KPK padahal kasusnya tidak merugikan negara 1 rupiahpun! Ini adalah tindakkan diskriminatif.
LHI yang dituduh mempengaruhi mentan agar menaikkan kuota impor daging sapi, tuduhan itu samasekali tidak berdasar. Karena pada kenyataannya kuota impor daging tidak bertambah bahkan berkurang (ini adalah kebijakkan mentan yang seorang kader PKS, untuk melindungi peternak lokal). Tapi KPK tidak peduli, LHI tetap ditahan dengan alasan ini adalah kasus OTT. Padahal yang OTT adalah Ahmad Fatonah yang mengaku-ngaku sebagai kader PKS, padahal bukan.
Kembali pada kasus PKS versus KPK.
Kedatangan KPK ke kantor DPP PKS untuk melakukan penyitaan mobil pada malam yang menghebohkan itu adalah kali kedua, setelah kedatangan yang pertama ditolak karena tidak membawa surat penyitaan. Namun entah kenapa pada kedatangannya yang keduapun KPK tidak membawa surat penyitaan. Tidak mungkin lah KPK tidak tahu hukum, sepertinya hal ini memang disengaja!
Dengan tidak ada surat penyitaan, ditambah arogansi KPK, pihak keamanan DPP tentu tidak mau menyerahkan mobil-mobil tersebut begitu saja. Disinilah drama dimulai. Penolakkan pihak keamanan kantor DPP PKS langsung diekspos oleh awak media sehingga menjadi berita besar dengan judul PKS MELAWAN KPK.
Sejatinya, PKS tidak mungkin melawan KPK yang memiliki nafas perjuangan sama yaitu pemberantasan korupsi. Apakah mungkin PKS lebih mencintai mobil-mobil itu sehingga menghalangi KPK melakukan tugasnya, sementara ketika KPK menjemput LHI, PKS menerima tanpa perlawanan karena prosesnya sesuai prosedur? Sesuatu yang tidak mungkin, tapi opini publik dibuat seolah PKS memang menghalangi tugas KPK. Padahal yang diminta PKS hanya selembar kertas penyitaan.
Lagi-lagi PKS mendapat perlakuan diskriminatif, lagi-lagi PKS didzolimi. Tapi mungkin ini sudah menjadi sunatullah bahwa memperjuangkan kebenaran tidak semudah memperjuangkan harta dan kedudukan. Yang diinginkan mereka tidak saja memenjarakan LHI, tapi membubarkan PKS seandainya mereka bisa.
Bersyukur kami memiliki Allah sebagai tempat mengadu, tempat bersandar, tempat berkeluh kesah, memohon kesabaran dan memohon pertolongan dalam menegakkan kebenaran dan meninggikan kalimat-NYA.
Wallahua'lam bi showab.
memang media saat ini (berita apapun), senangnya memberitakan berita yg berat sebelah. Oleh krn itu, kita sebagai masyarakat biasa hrs cerdas dlm menyimak berita, jgn ditela begitu saja.
BalasHapusMba Sri, ada pertanyaan berantai di blog saya, dan mba Sri saya pilih sebagai salah satu yg mendapat peer menjawab pertanyaan itu. Silahkan dilihat dulu ya, mba... hanya iseng2 aja kok :)
ya memang tapi saat ini masyarakat sudah cukup cerdas, jadi tetap saja yg benar yang akan di percaya :) Ok mbak Santi aku meluncur sambil ngesot, mudah2an sampai cz lola :D
BalasHapusbiarlah kebenaran berbicara dng bahasanya sendiri...
BalasHapus:)
ya, betul :)
Hapus