Senin, 21 Januari 2013

Tentang Duduk Mengangkang

Baru-baru ini pemrov Aceh memberlakukan larangan duduk mengangkang bagi wanita yang membonceng sepeda motor. Sebagaimana aturan-aturan lain, larangan ini pun mendapat tanggapan yang beragam baik pro atau kontra. Aku sendiri tidak begitu paham, apakah larangan tersebut berlaku bagi semua wanita tanpa pengecualian, atau memang ada pengecualian-pengecualian tertentu.
 
Bagi beberapa orang, mungkin merasa heran, hal-hal "kecil" seperti itu, kenapa harus dipermasalahkan. Kenapa tidak mempermasalahkan kasus korupsi saja, atau mempermasalahkan tentang banyaknya ladang ganja di provinsi Nangro Aceh Darusalam ? Tentu akan banyak ragam pertanyaan untuk mengemukakan keheranan tersebut.

 
Tapi, jika kita menilik alasan kenapa diberlakukan larangan duduk mengangkang, sepertinya ada benarnya juga. Banyaknya pasangan muda mudi yang statusnya belum suami istri, yang berboncengan dengan berpelukan erat, menjadi hal yang perlu ditertibkan, sebagai daerah yang memberlakukan syariat Islam.  Namun untuk pasangan suami istri, berboncengan dengan duduk mengangkang dengan alasan demi keselamatan apalagi jika membawa serta anak-anak, seharusnya ini menjadi pengecualian.
 
Aku pribadi lebih setuju jika ada pengecualian, karena membonceng dengan duduk mengangkang rasanya lebih aman dan nyaman, tentu jika dengan suami sendiri atau sesama teman wanita. Sedangkan jika dengan laki-laki lain, hatta ia ponakan atau masih saudara apalagi tukang ojeg, rasanya risih jika berboncengan dengan cara duduk seperti itu.
 
Kesimpulannya, aku setuju dengan larangan duduk mengangkang jika itu diberlakukan bagi pasangan yang bukan suami istri atau non muhrim. Tapi kurang setuju jika larangan tersebut berlaku tanpa pengecualian, termasuk pada pasangan suami istri (kecuali jika ada hadist sakhih yang menjadi landasannya).
 


2 komentar:

  1. Hehe.. saya sendiri kalo naik ojek biarpun pake jins tetep nggak ngangkang mak,, risih rasanya.
    Tapi kalo bareng suami apalagi bawa anak pastilah duduknya ngangkang...

    BalasHapus
  2. Betul mak, hati nurani memang menuntun pada kebaikkan, mksh kunjungannya :)

    BalasHapus