Sabtu, 26 Januari 2013

Ketika Anak-Anak Berada di Dapur

"Mas, mulai nih, mberantakin dapur! Ummi baru aja selesai beres-beres"  aku berujar dengan sedikit kesal pada anak lelakiku, Helmi. "Ya, Mi, nanti Mas beresin, tenang aja Mi." Helmi menyahut.
 
Peristiwa seperti ini sering terjadi di dapur rumah kami. Ketika aku baru selesai dengan urusan masak memasak, dan dapur sudah kembali kinclong, tiba-tiba dengan " sesukanya" Helmi atau kakaknya, Iqlima, membuat dapur kembali berantakan, mereka berkreasi membuat ini dan itu yang menurutku tidak begitu perlu.
 
Tepung terigu, telur, gula, mie, bumbu-bumbu dapur, bawang, cabe, dll, menjadi sasaran mereka dalam berkreasi. Mereka juga tidak segan-segan memakai peralatan dapur yang sudah bersih dan sudah aku susun rapi ditempatnya masing-masing. Cipratan minyak didinding dapur dan sekitar kompor, juga tepung atau bumbu-bumbu yang jatuh berceceran di lantai, membuat dapur kembali kotor dan kembali berantakakan. Hal ini terkadang membuatku kesal.

Anak-anak memang banyak maunya, meski aku sudah memasak lauk pauk, dan sudah tersedia makanan ringan sebagai cemilan, tapi jika mereka tidak menyukainya, maka mereka akan berkreasi dengan membuat makanan sesuai yang mereka inginkan. Meski terkadang aku kesal dengan tingkah laku mereka, tapi seringkali terbesit rasa bangga karena dengan kebiasaan mereka yang suka mengacak2 dapur, mereka menjadi kreatif dan tidak selalu bergantung kepada umminya jika menginginkan sesuatu.
 
Bercermin dari masa kecilku, aku jadi malu jika membandingkannya dengan anak-anakku sekarang. Sebagai anak tunggal, aku lebih banyak dilayani hal ini biasa terjadi dengan atau  tanpa aku memintanya. Kebiasaan seperti itu membuatku tidak kreatif, bahkan sepertinya aku hanya bisa merepotkan. Jika aku menginginkan sesuatu, aku tinggal memintanya dan jika tidak tersedia, maka yang aku lakukan hanyalah menangis, aku tidak punya ide untuk membuatnya sendiri seperti yang dilakukan oleh anak-anakku.
 
Bersyukur anak-anakku tidak meniru kebiasaan masa kecilku. Dimulai dari si sulung Iqlima, kemudian berlanjut ke adiknya yaitu Helmi, mereka sering berkreasi membuat makanan yang mereka inginkan. Meski awalnya aku tidak menyukai aktifitas masak memasak mereka karena membuat dapur kembali kotor, tapi lama kelamaan aku bisa memaklumi, apalagi seiring bertambahnya usia, mereka mau membantu umminya dengan membersihkan kembali peralatan dapur yang sudah dipakai.
 
Sekarang, aku justru merasa terbantu dengan hoby mereka, aku tidak perlu harus repot-repot memenuhi semua keinginan anakku, karena mereka akan membuatnya sendiri. Tentu aku tidak membiarkan mereka beraktifitas didapur sendirian, aku tetap mengawasinya untuk menghindari hal-hal yang tidak tidak diinginkan.  




 
 
  
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar