Minggu, 13 November 2011

KARANGSARI KAMPUNG HALAMANKU

Sore ini mendung, membuatku ngelangut, rindu kampung halaman. Karangsari Pulosari Pemalang adalah sebuah desa di kaki gunung Slamet tempat dimana aku lahir dan dibesarkan, dimana orang tua dan keluarga besarku tinggal, tidak salah rasanya kalau aku selalu ingat Karangsari. Di desa inilah aku merasakan cerianya masa kecil, bermain dengan teman-teman, bersekolah dan lain-lain segala aktifitas yang menyenangkan, penuh canda dan tawa kadang juga tangis dan kesedihan ala anak-anak, semua menjadi bagian dari kenangan yang sekarang ini sedang ku ingat.

Kalau Rasulullah memiliki rasa asobiah yang tinggi terhadap kota Mekah, demikian juga denganku yang mencintai desa kelahiranku Karangsari, karena hal ini adalah sunatullah sesuatu yang semua orang yang tinggal jauh dari kampung halaman pasti merasakannya. Udaranya yang sejuk yang masih relatif bersih, pemandangannya yang hijau asri, penduduknya yang ramah tamah merupakan ciri khas sebuah lingkungan pedesaan, menjadi kerinduan tersendiri bagi seseorang yang meninggalkan kampung halamannya seperti halnya aku.

Didasari nafsu primitif manusia yaitu makan, aku terkadang ingin pulang ke Karangsari hanya karena ingat masakan ibu, semua orang pasti menyukai masakan ibunya demikian juga aku apalagi di kediamanku sekarang jarang sekali aku temui makanan yang sama seperti yang ada di pasar Karangsari seperti ikan asap, sate belet, pindang teri yang kecil2, dll sehingga aku tidak bisa meniru-niru masakan ala ibu, kalaupun ada makanan yang sama seperti di pasar Karangsari, cita rasanya tidaklah sama. Ingat betul waktu itu pulang sekolah dalam keadaan perut lapar, ternyata sampai di rumah ibu sudah memasak ikan asap kesukaanku, tanpa menunggu di tawarin aku langsung makan dengan lahap, sungguh sesuatu yang menyenangkan bila diingat. Dipagi hari yang dingin sangat enak rasanya makan kue serabi + gorengan hangat.
Kami terbiasa menyantap makanan yang masih alami, sehat tanpa pengawet dan pewarna, sangat berbeda dengan kebiasaan anak-anaku sekarang. Mereka lebih sering menyantap junk food (makanan sampah), makanan yang tinggi lemak, tinggi kalori tapi rendah serat, seperti burger, kebab, pizza dan makanan ala kota lainnya.

Hal lain yang masih kuingat adalah sungai. Mandi di sungai adalah suatu hal yang menyenangkan bagi anak-anak seperti halnya aku, terutama ketika musim kemarau. Bersama teman-teman aku sering "berenang" di Kedung bulu, sebuah sungai yang lumayan besar sehingga kita puas berenang di situ, meskipun jaraknya lumayan jauh dari rumah dan ibuku selalu melarang, tapi terkadang aku tetap nekat pergi kesana. Pengalaman yang menyenangkan yang tidak didapatkan anak-anaku, karena di perkotaan hampir tidak ada sungai yang bersih, yang bisa di gunakan untuk bermain air sepertiku waktu kecil.

Karangsari dengan segala kekurangan dan kelebihannya, dengan segala kebahagiaan dan kesedihan selama aku tinggal, akan tetap ku ingat dan tetap ku ingat sampai akhir hayat. Akankah suatu saat aku kembali ke Karangsari? wallahu a'lam bi showab. 

2 komentar:

  1. Kedung Bulu di mana, yah?
    Lagi mikir :D

    BalasHapus
  2. kedung bulu itu letaknya di bawah gunung sembung, kalau dari SD III turun kebawah (ada ga ya turun ke atas?)

    :)

    BalasHapus