Waktu begitu cepat berlalu. Hari demi hari, bulan berganti tahun, terasa amat singkat dan cepat. Akhirnya aku kembali sampai di angka ini. Angka yang penuh makna, angka yang istimewa 1702.
Tiga puluh sembilan kali sudah aku mendapati angka ini. Namun, dibilangan keberapakah aku merenunginya dengan khusuk, ataukah hanya sekedar bersenang-senang dalam perayaan? Bahagia atas perhatian suami, anak dan orang terdekat?
Tiga puluh sembilan bukanlah angka yang sedikit. Bukan masanya hanya larut dalam kebahagiaan.
Merenungi segala apa yang telah aku buat, menyesalinya jika ternyata lebih banyak dosa dan alfa. Memohon ampun agar segala salah terhapuskan, menggantinya dengan hari-hari yang lebih baik dari hari kemarin, itulah hal semestiya yang harus aku lakukan, jika aku ingin menjadi orang yang beruntung. Namun, sudahkah aku berlaku demikian?
Tiga puluh sembilan adalah empat puluh kurang satu. Angka yang hampir senja. Entah berapa angka lagi masaku tersisa. Apakah angka itu dalam satuan hari, pekan, bulan atau tahun. Entahlah......tiada yang pernah tahu.
Aku hanya bisa berserah, sambil terus melantunkan do'a demi do'a. Berharap sisa masaku berada dalam keberkahan, kesehatan, keimanan yang kokoh, lebih bermanfaat bagi sesama, hingga kebaikkan adalah penutup diujungnya.
Kabulkanlah ya Rabb........I
Tiga puluh sembilan, tinggal berapa lagi masaku?
Tiga puluh sembilan, tinggal berapa lagi masaku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar