Aku tidak sedang berbicara tentang
metode menghafal Al Qur’an yang super canggih, layaknya para ulama ahli Al
Qur’an. Aku juga tidak sedang menceritakan kehebatan anakku dalam menghafal Al
Qur’an hingga bisa menghafal sebanyak 30 juz dalam waktu singkat. Tidak, sama
sekali tidak! Aku hanya seorang ibu biasa yang senang bercerita tentang
pengalaman pribadi, dengan harapan bermanfaat bagi orang lain, ehmm.
Senang rasanya memiliki anak yang bersekolah
di SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu). Di SDIT, anak anak tidak hanya belajar
ilmu pengetahuan umum, tapi juga banyak mendapatkan pelajaran keislaman. Salah
satunya adalah pelajaran menghafal, yaitu menghafal surat-surat dalam Al
Qur’an.
Karena anakku Yumna, masih kelas 2, maka
yang dihafal adalah surat surat pendek. Yaitu surat yang ada di juz 30 atau
biasa disebut dengan juz amma. Meskipun terkatagori surat pendek, tapi
menurutku lumayan panjang juga. Terutama kalau sudah mulai masuk di surat
Al-Balad, Al Fajr, Al Ghasyiyah dan seterusnya. Dan akupun mulai kebingungan
bagaimana cara mengajari Yumna menghafal surat surat tersebut.
Seandainya Yumna sudah bisa membaca Al
Qur’an, tentu aku bisa memintanya menghafal sendiri ayat demi ayat.
Tapi masalahnya, Yumna baru belajar BBQ (Buku Belajar Qur’an) sampai halaman 37
dari 60 halaman yang harus diselesaikannya. Itu belum termasuk pelajaran gharib
dan tajwid. Jadi, Yumna masih jauh dari kata bisa membaca Al Qur'an.
Alhasil, akulah yang menjadi tumpuannya dalam menghafal.
Jujur, aku yang tidak paham metode
menghafal Al Qur’an, sempat bingung bahkan setengah putus asa. Gimana ya, cara
mengajarinya? Mana suratnya panjang panjang. Apa menghafalnya setengah dulu,
nanti kalau sudah hafal baru yang setengahnya lagi? Tapi kalau yang setengahnya
nanti lupa, gimana dong?
Begitu kira kira kecamuk dalam pikiranku.
Sampai akhirnya aku mengajari Yumna dengan “asal saja”, tanpa terlalu berharap
Yumna bisa hafal. Wallahu’alam hanya ini yang aku bisa. Dalam hati aku
bergumam. Apa sih, yang aku lakukan?
Selepas shalat maghrib, seperti biasa aku
menuntun Yumna membaca BBQ. Setelahnya, aku membaca surat yang akan dihafalkan
Yumna secara keseluruhan. Yumna yang duduk disampingku, komat kamit mengikuti
bacaanku. Aku mengulangnya hingga dua kali, tapi kalau Yumna sudah terlihat
lelah dan mengantuk, maklum sekolahnya full
day, aku hanya membacanya satu kali.
Ketika baru mulai menghafal suatu surat,
Yumna hanya komat kamit menirukan bacaanku sekedarnya. Biasanya yang dia
tirukan adalah suku kata terakhir. Tapi keesokan harinya dan keesokannya lagi,
Yumna sudah mulai hafal sedikit demi sedikit. Dan dalam waktu tidak terlalu
lama, kira kira satu pekan, Yumna sudah bisa menghafal satu surat yang
menurutku panjang untuk anak seusianya.
Alhamdulillah, ternyata apa yang menurutku
aku lakukan “asal saja”, ada hasilnya juga. Aku tidak tahu apakah caraku
mengajari Yumna itu sudah benar sehingga ia mudah hafal? Bagiku itu tidak
terlalu penting. Hanya saja aku pernah membaca, bahwa otak anak anak itu
layaknya sponge yang bisa menyerap apa saja yang diberikan kepadanya. Mungkin
itulah yang terjadi pada Yumna. Ia menyerap apa yang aku bacakan tiap malam.
Subhanallah!
Aku jadi teringat masa remajaku, yang
waktu itu sangat suka dengan lagu pop. Jika aku menyukai sebuah lagu, maka
aku akan mendengarkannya secara berulang-ulang sampai akhirnya aku hafal lagu
tersebut. Bersyukur yang dihafal oleh Yumna saat ini adalah ayat ayat Al Qur’an,
bukan nyanyian yang tidak jelas manfaatnya seperti aku waktu itu. Hanya saja,
dari sini aku bisa mengambil kesimpulan bahwa menghafal Al Qur’an ternyata
semudah menghafalkan lagu. Tinggal didengarkan secara berulang-ulang, nanti
akan hafal dengan sendirinya.
Cara seperti ini sangat sederhana dan
mudah diterapkan, khususnya bagi anak anak yang belum bisa membaca Al Qur’an. Ini juga cocok bagi orang tua yang belum menguasai metode praktis menghafal. Yang terpenting, kita
sebagai pengajarnya harus menguasai cara membaca Al Qur’an dengan baik dan benar, serta
menguasai tajwidnya, karena anak akan menyimpan hafalannya sampai kapan pun. Jadi hafalan yang tersimpan haruslah hafalan yang benar sesuai kaidah tajwid.
Dan hal penting lain untuk bisa menerapkan cara ini adalah, kita orang tua harus bersedia meluangkan waktu untuk
mengajari buah hati kita.
Nah, mudah bukan, cara memiliki buah hati penghafal Al Qur'an ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar