Keberadaan telepon rumah, saat ini seperti termarginkan. Semenjak handpone atau telepon genggam menjadi trend dimasyarakat, karena pemakaiannya yang lebih praktis, juga harganya yang terjangkau oleh hampir semua lapisan, perlahan tapi pasti, telepon rumah menjadi produk yang tidak lagi diminati.
Tentu saja bukan tidak berguna samasekali, jaringan internet
kabel semacam speedy, adalah salah satu manfaat yang masih bisa didapatkan dari
keberadaan telepon rumah. Komunikasi tertentu, meski tidak seberapa sering pun
masih setia menggunakan layanan ini.
Keberadaannya yang seperti hidup segan mati tak mau, membuat beberapa pemilik telepon rumah, kurang peduli dan enggan melakukan perawatan. Contohnya adalah kami. Sebelum handpone booming seperti sekarang, memiliki telepon rumah seperti menjadi kewajiban.
Hidup jauh dari orang tua dan sanak saudara, membuat kami
merasa perlu memiliki alat komunikasi yang satu ini, agar selalu bisa terhubung
dengan mereka. Membeli jaringan telepon milik tetangga yang “sudah tidak
terpakai” pun kami lakukan, karena pada saat itu belum ada link baru yang masuk
kedaerah kami. Meski dengan cara ini, nominal yang kami keluarkan jauh lebih
besar.
Tapi sekarang, semenjak adanya Hp, telepon rumah jarang
sekali digunakan. Hanya jika nomer yang akan kami hubungi, merupakan nomer
telepon rumah, maka kami pun menggunakan telepon yang sama.
Karena jarang sekali memakainya, maka kami terkesan tidak
peduli dengan keberadaanya, bahkan aku pernah mengungkapkan keinginan pada
suami, agar telepon rumah dicabut aja karena tidak begitu bermanfaat. Tapi si
Abi melarang, katanya sayang kalau dicabut, apalagi perjuangan untuk mendapatkan telepon rumah
waktu itu, tidaklah gampang. Akhirnya kami tetap mempertahankan keberadaan
telepon rumah, meski untuk itu kami harus membayar tagihannya tiap bulan.
Saat ini, telepon rumah kami sedang tidak berfungsi. Entah
karena pesawatnya yang rusak atau jaringannya yang bermasalah. Yang jelas kami
tidak terburu-buru untuk segera melakukan pengecekkan, dengan memanggil pegawai
telkom, milsanya, karena kami seolah tidak membutuhkan telepon rumah lagi.
Sebuah keberadaan yang seperti hidup segan mati tak mau.
kehadiran GSM memang melempar jauh keberadaan telfon rumah.
BalasHapusTelfon rumah saya sudah lama diputus, karena selain jarang digunakan juga abonemennya lumayan
hehehe
^_^
sama, saya sebenarnya juga ingin mutusin telfon rumah, tapi suami tidak setuju :) mksh kunjungannya :)
BalasHapus