Kamis, 11 Desember 2014

Kelamnya Malam

Beberapa hari ini, hujan mengguyur Bojonggede. Entah karena penat oleh banyaknya aktifitas, atau karena terpapar udara dingin, badan, kok, rasanya nggak enak. Kondisi ini membuatku ingin bersantai sejenak berdua suami, membuang kejenuhan, juga menghangatkan badan, tanpa diganggu oleh keriuhan anak-anak.

Jadilah kami pergi berdua saja. Waktu itu pukul sembilan malam.  Meski ini bukan malam Minggu, tapi malam Senin, buat kami tidaklah mengapa. Apa istimewanya malam Minggu buat sepasang suami istri yang tiap hari bertemu? Buatku sama saja, bedanya hanya malam Minggu itu malam hari libur alias weekand.

Tempat yang kami tuju adalah sebuah kedai susu jahe, yang letaknya sekitar 3 km dari rumah. Kami tidak bisa pergi terlalu jauh, karena tidak tega meninggalkan anak-anak terlalu lama. Yumna dan Helmi sudah tidur dan aku menitipkannya pada Mbak Ifa, kakaknya.

Kami mengambil tempat duduk ditengah sebelah kanan. Aku sengaja tidak mengambil tempat dipojok, menurutku buat apa juga mojok? Dirumah sudah banyak pojokkan :) Selain agak pengap, duduk di pojokkan membuat pandanganku tidak leluasa.

Aku memesan satu gelas kecil susu jahe dan semangkuk mie rebus. Sebenarnya, membuat sendiri mie rebus dirumah sangatlah gampang. Tapi kali ini aku ingin tinggal menyantapnya tanpa repot. Selain itu, mie rebus bikinan si Abang mie, jauh lebih enak dibandingkan buatanku. Apa pasal? Ketika membuat mie, aku merebusnya dulu dan membuang airnya karena mengandung pengawet. Bumbu yang aku pakai pun hanya separohnya saja. Wajar saja kalau mie rebus buatan ku rasanya "cemplang" alias hambar. Beda dengan si Abang mie, yang memasak mie sesuai prosedur.

Suami memesan satu gelas besar susu jahe dan satu porsi roti bakar coklat keju. Setelah pesanan datang, kami menikmatinya sambil berbincang sana sini. Aku arahkan pandangan mataku, memperhatikan sekeliling ruangan. Ada 4 orang muda mudi yang baru saja datang. Mereka mengambil tempat dibagian depan sebelah kanan. Mereka terdiri dari 3 orang laki-laki dan seorang perempuan muda yang terlihat asyik menghisap rokok. Dalam hati aku bertanya, Apakah ini yang namanya cabe-cabean? Tapi sisi lain hatiku bergumam, belum tentu, memang taunya cabe-cabean dari mana?

Begitu pula ketika melihat seorang laki-laki yang nampak "aneh". Dalam hati aku berujar, Apakah ini yang namanya terong-terongan? Namun sisi lain hatiku kembali membantah. Terus, apakah ada terong dicabein? Ada, di warteg :D
Meski ini belum terlalu malam, tapi sudah nampak pemandangan yang aneh-aneh. Jika malam semakin larut, maka kelamnya malam semakin terasa. 

Seperti yang pernah dilihat oleh suami waktu keluar rumah tengah malam untuk membeli sesuatu. Suami melihat ada sepasang laki-laki yang berpegangan tangan dengan mesra. Apalagi pasangan muda mudi, itu sudah biasa. Pernah juga suami melihat sepasang wanita disudut kedai ini, sedang bermesraan. Naudzubillah min dzalik. Seperti itu lah kelamnya malam.

Tanpa terasa semangkuk mie rebus sudah habis ku santap. Teguk demi teguk susu jahe, sukses menghangatkan tubuhku, hingga tinggal setengah gelas. Suami pun demikian, hanya saja dipiring roti bakar coklat keju, masih tersisa seperempat bagian. Sepertinya, suami sengaja menyisakannya untukku. Setelah mengosongkan gelas susu jahe, kami pun bergegas pulang sebelum malam benar-benar kelam. 

2 komentar:

  1. jalan-jalan malam ceritanya :). tapi bener loh Bu, sekarang ini emang banyak yang anaeh-aneh. khawatirnya lama kelaaamaan, aneh itu dianggap biasa. padahal aneh itu aneh yang dilaknat Allah ya. Naudzubillah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul bu, sekarang ini mereka hanya berani tampil malam-malam, khwatirnya suatu saat sudah merasa biasa, siang juga berani :(

      Hapus