Tinggal dan bersekolah di Jawa Barat bagi anak-anakku, tidak bisa mengindar dari pelajaran bahasa sunda. Sebuah pelajaran yang sangat sulit menurut kami, karena kami tidak paham bahasa tersebut. Aku dan suami yang sama-sama dari suku Jawa, tidak bisa mengajari anakku jika mereka sedang mengerjakan PR bahasa Sunda, kalaupun mengajari biasanya asal-asalan. Alhasil, anakku pun uring uringan.
Cau, cau itu artinya apa sih? Kata Yumna sih artinya monyet, karena ia habis nonton topeng monyet. Belakangan diketahui ternyata ada benarnya juga, cau itu makanan monyet alias pisang, ala maaak. Sebenarnya bisa saja aku nanya ke Bu Nani yang orang Sunda. Tapi ya, merepotkan jika tiap ada PR selalu telfon sementara PRnya seabrek.
Lebih sulit lagi jika diminta membuat kalimat perintah. Buatlah kalimat perintah dengan kata 'peuyem'. Haduuh, gimanan nih? (Mau nggak mau yangngerjain mikir umminya). Karena sering bareng-bareng sama teman asli Sunda yang kadang-kadang ngomong Sunda, akhirnya ketemu juga ide membuat kalimat perintah dengan kata peuyem, yaitu "Sok, peuyemna digoreng make tepung!".
Lebih sulit lagi jika diminta membuat kalimat perintah. Buatlah kalimat perintah dengan kata 'peuyem'. Haduuh, gimanan nih? (Mau nggak mau yang
Meski itu benar kalimat perintah, tapi kayaknya nggak gitu juga kalee, kedengerannya masih kasar. Akhirnya dirubah lagi kalimatnya dengan yang lebih halus (menurutku) menjadi "Mangga dahar peuyem euy!" Nah, kalau yang ini baru bener....qiqiqiqiqi.
Terkadang jika aku nggak paham samasekali, aku hanya mengajari sebisanya bahkan mungkin banyak salahnya. Namun anehnya nilai PR Helmi selalu bagus, kalau nggak 8 ya 9, bahkan 10. Usut punya usut ternyata Bu Lala tidak mengoreksi PR Helmi secara tuntas, tapi hanya sepintas saja. Tulisan Helmi yang masih seperti cacing uwek uwekkan, sepertinya membuat Bu Lala enggan membaca secara serius, sementara kalau di salahain khawatir Helmi jadi ngambek (meraup untung banyak, kata Helmi).
Merasa nggak bisa ngajarin, akupun cukup puas jika anakku mendapat nilai bahasa Sunda 7 ataupun 6. Masih untung nilainya nggak bikin raport kotor yaitu merah karena bahasa Sunda menurutku memang susah.
Merasa nggak bisa ngajarin, akupun cukup puas jika anakku mendapat nilai bahasa Sunda 7 ataupun 6. Masih untung nilainya nggak bikin raport kotor yaitu merah karena bahasa Sunda menurutku memang susah.
Jadi inget sepupuku saat pindah dari Surabaya ke Bandung
BalasHapusBahasa Sundanya dapat nilai 5 hehehe
itu juga yg ngerjain PR-nya kadang ART-nya hayyaaaah
Kalau pengajar anak-anakku mereka agak toleran, karena tahu muridnya banyak yg bukan orang sunda :)
BalasHapus