Sabtu, 26 November 2011

ANAKKU TIDAK MAU SEKOLAH

Menjadi orang tua tidaklah mudah, menjadi ibu tidaklah gampang, inilah yang aku rasakan.
Tidak ada niat untuk mengeluh, aku hanya ingin berbagi, karena peristiwannya pun sudah lama berlalu.
Bermula dari kebiasaanku yang enggan keluar rumah, kecuali untuk sesuatu yang sangat penting, anakku pun tumbuh menjadi anak yang lebih suka bediam diri di dalam rumah dengan aktifitas yang paling di gemarinya yaitu menonton tv.
Waktu itu aku baru memiliki dua orang anak, anak pertamaku perempuan, dia tumbuh dan berkembang tanpa masalah yang berarti. Anakku yang kedua laki-laki, kami memberinya nama Helmi,  dia sehat, tumbuh dan berkembang secara normal, di usia dua tahun sudah lancar berbicara, hanya satu yang kadang terlihat berbeda, Helmi seperti tidak suka jika bertemu dengan orang lain, bahkan cenderung takut, tapi aku tidak terlalu memikirkan hal ini, aku menganggapnya wajar.

Di usia 4 tahun seperti anak yang lain, aku memasukkan Helmi ke TK, di sinilah aku mulai melihat bahwa anakku berbeda dengan anak yang lain. Hari-hari pertama sekolah, ia kelihatan senang dan bersemangat, tapi ini hanya berlangsung satu minggu saja, hari-hari berikutnya untuk pergi ke sekolah ia harus di bujuk, karena ia selalu menolak dg alasan pusing ingin muntah, dan lain2. Meski akhirnya mau berangkat, tapi di sekolah ia tidak mau di tinggal, selalu minta di tungguin, padahal TK dan rumah kami letaknya bersebelahan, tapi Helmi sepertinya tidak merasa nyaman kalau tidak ada aku di sekolah.

Di sekolah ia tidak mau bergabung dengan teman2nya, hanya dengan satu orang saja ia berteman yaitu Faqih, setiap hari selalu dengan Faqih tidak mau dengan yang lain. Komunikasi dengan  gurupun sangat jarang di lakukan, jika di tanya ia hanya menjawab dengan bahasa isyarat, mengangguk atau menggeleng. Menurut Bu Leni, Helmi hampir tidak pernah mengeluarkan suara sehingga bagi orang yang tidak tahu, akan menyangka bahwa anakku bisu.

Kejadian ini berlangsung hingga 6 bulan, sampai suatu saat ada seorang psikolog yang memang   secara berkala datang ke TK, melakukan tes psikologis bagi anak-anak TK termasuk anakku Helmi.
Dari hasil tes diketahui bahwa anakku memiliki sebuah problem psikologis, yang harus segera di tangani. Menurut Pak Win (nama psikolog tersebut) anakku memiliki beban masalah sebanyak 600, sementara normal anak seusiannya, beban masalah yang bisa di tanggung adalah 300.

Aku yang awam dengan istilah ilmu psikologis, kebingungan. Kenapa bisa seperti ini? beban masalah apa yang di tanggung anakku hingga berpengaruh ke pertumbuhan mentalnya? padahal aku merawat Helmi dengan baik, dan aku sangat menyayanginya.
Menurut Pak Win, seorang anak akan mengurai masalah yang ia punya dengan bermain, bermain merupakan kebutuhan bagi anak, sedangkan anakku lebih suka berdiam diri di rumah.
Atas saran Pak Win, anakku dianjurkan untuk mengikuti terapi selama kurang lebih 6 bulan. Demi kebaikan anakku, aku ikuti saran beliau.

Selama menjalani terapi, perlahan-lahan anakku mulai mengalami perubahan. Ia sudah mulai bisa berkomunikasi secara normal, dan bisa menerima serta bergaul dengan teman2nya yang lain, tidak hanya dengan Faqih saja. Aku sangat bersyukur dengan kondisi ini.
Setelah 6 bulan berlalu, Pak Win mengatakan bahwa terapi untuk Helmi sudah selesai dan di rasa cukup. Alhamdulillah.... aku merasa lega sekarang.
Tapi apakah masalah selesai sampai disini...? Tidak.


Silahkan ikuti ANAKKU TIDAK MAU SEKOLAH  part 2 
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar