Untuk sebuah keperluan, kemarin aku pergi ke Cibinong. Aku melewati jalan raya Bogor. Meskipun ramai dan harus bersaing dengan bis kopaja, truk, truk kontainer, puso, dan kendaraan yang lain, aku memberanikan diri untuk tetap melewatinya. Hal ini sudah biasa aku lakukan, sehingga aku tidak merasa takut lagi.
Tanpa banyak beban, aku berangkat dengan mengendarai Mio J ku. Yumna yang sedang libur merengek minta ikut. Jadilah aku pergi bersama Yumna. Waktu berangkat, perjalanan dari rumah sampai ke Cibinong, lancar jaya tanpa hambatan. Tapi ketika pulang, digerbang jalan pemda Cibinong ada beberapa orang polisi sedang menggelar razia.
Deg! Aku kaget. Perasaan tadi nggak ada razia. Aku bergumam dalam hati sambil menenangkan diri. Polisi langsung mengarahkan semua pengendara sepedamotor untuk melintasi jalur sebelah kiri, yang memang peruntukannya. Aku yang sedianya akan memasuki jalur cepat, terpaksa berbelok arah.
Tiba-tiba salah seorang polisi menarik kerah jaket pengendara motor yang ada didepanku. Aku melihat sepintas kearah pengendara motor tersebut. Sepertinya ia seoarang anak muda. Ia mengendarai motornya dengan terburu-buru. Mungkin hal ini yang membuat polisi curiga, sehingga dengan sigap menariknya. Seringnya, yang tertangkap razia polisi memang anak-anak muda. Sementara, aku meskipun deg-degan, melintasi para polisi dengan santai.
Aku terus melaju dengan tenang. Alhamdulillah...nggak disuruh berhenti. Dalam hati aku bersyukur. Bukan apa-apa, yang aku bawa hanya STNK. Kata teman-teman, bikin SIM itu susah, tesnya macem-macem. Kalau mau gampang ya, harus nyogok. Males, ah nyogok segala. Berkilah dan berdalih :P
Kira-kira sepanjang 2 km aku berada dijalur kiri. Hingga mendekati daerah perkantoran, aku melihat jalan didepanku ramai oleh mobil yang parkir ditepinya. Akhirnya aku kembali masuk ke jalur cepat. Sebenarnya, aku memang lebih suka jalan dijalur cepat. Selain tidak banyak hambatan, jalannya pun mulus. Dijalur cepat inilah aku sering memacu adrenalin, dengan menarik gas kuat-kuat kadang sampai diposisi 70 km/jam.
Sesekali nggak apa-apa lah, soalnya kalau bukan disini, dimana lagi? Kebanyakan jalan lain yang aku lintasi, sempit dan berlubang. Juga macet disana sini. Rasanya nggak leluasa melewatinya. Baru sekitar 1 km berada dijalur cepat, didepan sana aku melihat beberapa polisi juga sedang menggelar razia. Deg! Hatiku kembali berdesir. Kok, tumben, ya, razia polisi bersamaan didua titik yang berdekatan? Dalam hati aku bertanya heran.
Ketika aku hendak melewati tempat razia, salah satu bapak polisi melambaikan tangannya. Aku agak ragu, apakah pak polisi menyuruh aku berhenti, atau menyuruh ku melewati jalan disebelah kanan beliau. Aku mengurangi laju kendaraan ku, untuk siap berhenti tapi sambil terus jalan pelan-pelan.
Sepintas aku melihat pak polisi melihat kearah Yumna yang membonceng dibelakang. Setelah melihat Yumna, sepertinya pak polisi tidak lagi memperhatikan ku. Aku pun melanjutkan perjalanan, sambil mataku terus menatap kearah kaca spion. Barangkali saja pak polisi mengejarku yang salah paham, mengira diperbolehkan pergi.
Jika seandainya pak polisi mengejarku, aku akan berhenti sebelum polisi itu sampai. Kenapa juga harus lari, nggak perlu lah, takut pada polisi, kan nggak punya salah. Kesalahanku hanya satu yaitu nggak punya SIM. So, hadapi saja. Paling nanti STNK ku diambil, terus untuk mengambilnya kembali aku harus mengikuti sidang. Jadi, kenapa harus takut sampai kabur segala. Betul nggak?
Tapi aku tidak melihat ada polisi yang mendekat. Aku pun melenggang, melanjutkan perjalanan. Setahuku, polisi jarang sekali menilang pengendara motor perempuan, asalkan menggunakan helm. Apalagi jika membawa anak kecil sepertiku. Mungkin tadi Pak polisi nggak jadi menilang, karena melihat ada anak kecil yaitu Yumna.
Akhir-akhir ini, polisi sering sekali menggelar razia. Denger-denger, sih, karena di Depok sedang marak aksi pembegalan sepedamotor yang diikuti dengan pembunuhan sadis. Namun banyaknya razia tidak perlu membuat kita takut dan nggak mau pergi kemana-mana. Tapi, jangan mengikuti caraku yang tetap tenang meski tidak memiliki SIM dengan alasan yang penting pake helm dan mboncegin anak kecil. Karena, nggak sedikit ibu-ibu yang terjaring razia, meski sudah pake helm.
Jadi, ketika mengendarai sepeda motor, surat-suratnya harus lengkap. Agar tidak menjadi masalah ketika betemu polisi.
*image hasil pencarian goelge*
Ketika aku hendak melewati tempat razia, salah satu bapak polisi melambaikan tangannya. Aku agak ragu, apakah pak polisi menyuruh aku berhenti, atau menyuruh ku melewati jalan disebelah kanan beliau. Aku mengurangi laju kendaraan ku, untuk siap berhenti tapi sambil terus jalan pelan-pelan.
Sepintas aku melihat pak polisi melihat kearah Yumna yang membonceng dibelakang. Setelah melihat Yumna, sepertinya pak polisi tidak lagi memperhatikan ku. Aku pun melanjutkan perjalanan, sambil mataku terus menatap kearah kaca spion. Barangkali saja pak polisi mengejarku yang salah paham, mengira diperbolehkan pergi.
Jika seandainya pak polisi mengejarku, aku akan berhenti sebelum polisi itu sampai. Kenapa juga harus lari, nggak perlu lah, takut pada polisi, kan nggak punya salah. Kesalahanku hanya satu yaitu nggak punya SIM. So, hadapi saja. Paling nanti STNK ku diambil, terus untuk mengambilnya kembali aku harus mengikuti sidang. Jadi, kenapa harus takut sampai kabur segala. Betul nggak?
Tapi aku tidak melihat ada polisi yang mendekat. Aku pun melenggang, melanjutkan perjalanan. Setahuku, polisi jarang sekali menilang pengendara motor perempuan, asalkan menggunakan helm. Apalagi jika membawa anak kecil sepertiku. Mungkin tadi Pak polisi nggak jadi menilang, karena melihat ada anak kecil yaitu Yumna.
Akhir-akhir ini, polisi sering sekali menggelar razia. Denger-denger, sih, karena di Depok sedang marak aksi pembegalan sepedamotor yang diikuti dengan pembunuhan sadis. Namun banyaknya razia tidak perlu membuat kita takut dan nggak mau pergi kemana-mana. Tapi, jangan mengikuti caraku yang tetap tenang meski tidak memiliki SIM dengan alasan yang penting pake helm dan mboncegin anak kecil. Karena, nggak sedikit ibu-ibu yang terjaring razia, meski sudah pake helm.
Jadi, ketika mengendarai sepeda motor, surat-suratnya harus lengkap. Agar tidak menjadi masalah ketika betemu polisi.
*image hasil pencarian goelge*
Aduh ngeri ya mba kalo denger berita banyak perampokan. tetangga saya pernah loh, pulang kerja tengah malam lewat jalan sepi dibacok hingga 4 jari putus hartanya diambil. alhamdulillah masih hidup
BalasHapusIya Mba, ngeri. Apalagi kalau ada tetangga atau orang dekat yang benar2 mengalami seperti itu :(
Hapusdi kota saya juga razia dilakukan berkala mak...
BalasHapusselain berkala, mereka juga menggelar razia jika ada kejadian2 pentingatau gawat :)
HapusKunci utamanya di ketenangan ya mbak. Jadi polisi tidak curiga
BalasHapusBetul Mbak Susi :)
Hapussekitar cibinong n depok serriiingg ada razia -___-
BalasHapusia betul, soalnya lagi marak perampokan motor :(
Hapus