Rabu, 01 Oktober 2014

Alpukat dari Puncak Bogor

Sepulang dari puncak Bogor, abi membawa beberapa macam oleh-oleh. Salah satunya adalah buah alpukat. Abi membeli buah alpukat tersebut dalam kondisi masih mentah. Jumlahnya sekitar 10 buah, dengan ukuran yang cukup besar, menurutku. Tentu kami senang menerimanya, berharap kalau sudah matang, akan bisa menikmatinya.

Satu hari, dua hari, tiga hari, alpukat yang kami simpan didalam tumpukkan beras, belum juga matang. Di hari ke-7 atau satu minggu dari kami mulai menyimpan, ada dua buah yang sudah mulai empuk, tapi tidak merata. Kami tetap setia menunggu.

Hingga dihari ke-10, anakku Helmi sudah mulai tidak sabar. Ia ingin segera membuat jus alpukat. Aku biarkan Helmi mengambil satu buah yang sudah empuk. Sementara beberapa buah yang lain masih saja keras meski sudah disimpan sepuluh hari!

 
Seperti biasa, Helmi sangat menikmati satu gelas jus alpukat buatannya. Ia menyisakan satu gelas untuk Yumna, yang ia letakkan didalam kulkas. 
Sepulang dari TK, Yumna dengan antusias segera mengambil jus alpukat, dan meminumnya. Dengan ekspresi wajah yang terlihat aneh, Yumna memberikan gelas jus alpukat itu kepadaku sambil berujar "Nih, buat umi aja. Rasanya nggak enak, pahit." 
"Masa sih, pahit." Kataku sambil menyesap sedikit. Ternyata memang benar, rasanya agak sedikit getir. Bukan pahit seperti kata Yumna. 

Aku baru sadar, ternyata alpukat yang dibeli Abi itu masih muda! Pantas saja sudah berhari-hari disimpan nggak matang matang. Sekalinya empuk, rasanya getir. Sia-sia sudah penantianku selama sepuluh hari ini,  hanya untuk mendapati alpukat yang getir (apaseeh).

Kenapa ya... alpukat masih muda kok, dijual? Kami yang tidak cukup ilmu untuk mengenali, jadi terkecoh, deh :(

But its ok. Sedikit getir, bukan berarti seluruhnya tidak enak mungkin masih bisa dinikmati. Apalagi Helmi yang sudah terbiasa membuat jus, sangat pas dalam menambahkan gula dan juga air. Jadi, setelah menyesap sedikit, aku ulangi lagi meneguknya, lagi dan lagi, hingga satu gelas jus alpukat pun habis tak tersisa (doyan).

Satu per satu buah alpukat yang lain pun matang. Alhamdulillah, buah alpukat oleh-oleh abi tidak mubadzir. Meski masih muda dan rasanya sedikit getir, tapi masih bisa dinikmati. [SK]





4 komentar:

  1. Wah saya pun punya NOL pengetahuan soal buah Alpokat Tau nya memang dibuat JUS aja. Kalau beli buah ALPOKAT secara utuh kayaknya belum pernah deh. Saya suka JUS ALPOKAT sudah lama. Apalagi kalau dicampur susu waahh suegerrrrrrrrrrr

    BalasHapus
  2. Selain di jus, bisa juga untuk campuran es teler, Pak Asep. Di mix dengan kelapa muda dan nangka yang manis wangi, waah...enak banget tuh. Tapi paling gampang memang di jus, manis legit, lembut dimulut :)

    BalasHapus
  3. enak ya sayangnya aku enggak suka dan biasanya pakai masker untuk wajah dan khasiatnya bagus :)

    BalasHapus